Minggu, 29 Januari 2012

KOPI TUBRUK..


PRESENT..

Sore yang indah ini biasa kami lewatkan berdua di sebuah cafe yang cozy. Aku dan pacarku memang suka sekali senja dan kegiatan nongkrong. Pertemuan pertama kali juga terjadi disana.

“Mau pesen apa mbak?” Tanya salah satu pelayan café itu.

“Kopi Tubruk.” Jawabku singkat.

Kulihat sekilas ekspresi wajah pelayan itu. Dia Nampak kurang puas dengan jawabanku. Heran. Dia pasti berpikir aku ini seperti orang kampung yang kurang gaul. Baru pertama kali mas liat cewek kece pesen kopi tubruk?! Heu..

Aku tetap memandang senja yang sulit dilewatkan. Pacarku justru sebaliknya, lebih menyukai memandangku yang sedang menikmati senja ketimbang melihat senjanya secara langsung. Ya aku terlalu pede mungkin.

“Pesanannya mbak. Silahkan..” pelayan yang tadi datang membawa pesananku. Kucicipi kopi tubruk itu. Yang terjadi kemudian adalah aku kaget sekaligus tak percaya. Bagaimana ini bisa terjadi?

Kopinya enak. Tak sadar aku hampir meneguk habis kopi tersebut.

“Hehehehe… akhirnya aku menemukannya, Har..” hari itu menjadi hari yang paling bahagia dalam pencarian kopi yang pas.
***

PAST..

“Mas, aku pengen tahu dong siapa yang buat kopi tubruk ini?” Tanyaku siang itu pada pelayan di café favoritku.

“Kebetulan hari ini dia gak masuk mbak..” jawabnya tetap tengil.

“Oh..gitu..”

“Tapi dia nitipin surat buat mbak..” celutuknya sambil berlalu pergi untuk mengambil surat.
Surat? Untukku? Memang dia tahu tentangku? Apa dia mengenalku?

“Ini mbak Mira.”

“Makasih ya..” Kuterima sepucuk surat amplop putih yang sederhana. Ada rasa yang berbeda ketika aku mulai membuka surat itu. Surat itu memang biasa tapi kenapa hatiku cenat cenut, seperti lagu salah satu boyband Indonesia.

Dear Mira,
Aku tak tahu harus mulai dari mana, tapi kuberanikan diri untuk menulis surat untuk penggemar kopi tubrukku.

Sebenarnya, ketika kamu memesan secangkir kopi tubruk. Perempuan semanis kamu kupikir akan menyukai vanilla atau mocha latte. Awalnya kubuat dengan setengah hati, karena memang aku tidak terlalu suka dengan kopi tubruk.

Saat ku tahu bahwa kau sadar akan rasa tidak enak dalam kopimu, aku kaget. Kukira kamu nggak akan tahu tentang ramuan kopi tubruk. Karena aku pun kurang tahu akan hal itu. Tanpa sadar aku mulai belajar tentang kopi tubruk itu demi kamu.

Aku sering mendengar alasanmu tentang kopi tubruk. Kamu bilang kopi tubruk itu kayak cinta. Kalo kamu buru-buru, kamu akan dapat wangi kopi yang beresiko kena pahit diakhir. Tapi kita harus nunggu dengan sabar, biar dapet wangi, hangat, dan manis ending-nya. Sama kayak cinta kan?

Setelah kupikir-pikir benar juga apa katamu. Dari hari itu aku mulai terus meramu formula yang pas, itu semua demi kamu. Entah kenapa aku melakukan itu. Ada rasa yang berbeda untukmu.

Aku mulai menyukai kopi tubruk dan kamu.

-H-
***

TWO WEEKS AGO..

“Mau pesen apa mbak, mas?”

“Kopi Tubruk.” Jawabku singkat.

“Make two, please.”

Pelayan itu menulis pesanan kita dan berlalu pergi ke dapur untuk melaporkan pesanan. Aku kaget mendengar dia memesan kopi yang sama denganku.

“Tumben. Biasanya Cappuccino, Har..??”

Dia hanya tersenyum dan terus memandangiku.


Fin.

Bandung, Minggu malam.. 9.02 pm
Jujur, belum pernah nyobain Kopi Tubruk.. tapi karena FF ini saya akan mencobanya..
Kamu juga ya,, cobain, rasakan, dan tulis komen.. :)

2 komentar: