"Hari ini kita jadi nonton kan?" Tanya Jingga
dengan antusias. Perempuan cantik yang seorang ballerina ini baru menjalin
kasih dengan seorang lelaki paling dicemburui oleh pria lain.
"Iya, sayang,, nanti aku jemput kamu di studio
ya?"
"Awas kalo telat lagi,," Jingga mengeluarkan jurus
manjanya.
"Iyaaa…"
"Satrio Gunadi, aku mencintaimu."
"Jingga Pramoedya, aku mencintaimu." Namun seperti
biasa, mata dan hatinya tertuju pada bingkai foto seseorang yang lainnya. Bukan
Jingga.
Nikmatilah perjalanan cintamu walau hanya
sandiwara. Bukankah sandiwara yang kita lakukan suatu saat nanti akan mendapat
reward. Apapun itu terima saja.
Sore yang sendu. Hujan tak berhenti sejak siang
tadi. Memang Tuhan lebih tahu untuk mengadilkan keadaan. Seperti sekarang ini,
tukang ojek payung yang dilihat Jingga di depan studio baletnya sudah siap
menerima rejeki dari hujan.
"Mari mbak cantik, ojek payungnya." Anak kecil yang
menggigil ini berusaha merayu Jingga.
Jingga memang berhati malaikat, dia pun menerima
rayuan anak kecil itu. Dia memakai payung cantik berwarna ungu untuk sekedar
jalan ke café sebelah.
"Ini ongkosnya." Diberikannya uang dua puluh ribu
ke anak kecil. "Makasih ya.."
Sejam berikutnya penantian panjang Jingga di café
itu perlahan hilang ketika dia melihat sosok laki-laki berlari menyeberangi
jalan yang basah karena hujan sore itu. Tersimpan banyak kemarahan dan
kekesalan yang siap ditumpahkan ke laki-laki itu. Tapi semua juga perlahan
hilang ketika Jingga tahu Rio, kekasihnya menyembunyikan buket bunga mawar
merah dibalik jas hitamnya.
"Maaf telat lagi." Ciuman hangat di kening juga
dengan cepat memusnahkan semua amarah dan kesal di benak Jingga.
"Maaf diterima, dan tidak untuk selanjutnya."
"Makasih. Untuk ke sekian kalinya." Rio menyerahkan
mawar merah, Jingga tentu sangat menyukainya.
"Aku ke toilet dulu ya,," Rio tahu kebiasaan
kekasih baru nya ini. Tidak beranjak dari tempat duduknya sebelum yang ditunggu
datang.
Rio melihat sebuah agenda lusuh yang memang
setia menemani Jingga kemanapun dia pergi. Dari dulu Rio memang berusaha keras
untuk mencari tahu isi dari agenda itu. Tanpa pikir panjang dia membuka dan
membaca lebih tepatnya mencari jawaban atas segala pertanyaan yang ada di otak
nya selama ini.
"Jingga Pramoedya
dan Mr. A? ada yang belum selesai diantara kalian berdua?!" Rio memulai drama
ini dengan tatapan yang tak bisa dijelaskan.
"Lalu, ada dia di matamu! Sudahkah kau sembuh
darinya?" Jingga juga mengeluarkan senjatanya.
"Aku pikir kali ini aku yang menang, tapi
ternyata aku salah."
"Aku melihat sosok itu tak bisa keluar dari dari
matamu, dia terpenjara disana. Akan aku bantu dia keluar dari matamu."
"Mari kita sama-sama melepaskan mereka yang
terpenjara di antara mata dan hati."
Mereka pun melepaskan semua yang dulu pernah
berkarat di hati. Sedikit perih dirasa tak masalah asal semua bisa kembali
normal. Rio melepaskan sosok yang terpenjara dalam dirinya. Yoga. Dan Jingga
dengan perihnya pun merelakan Mr. A nya untuk pergi dengan tenang di surga.
'terima kasih Yoga, kini aku menemukannya'
'terima kasih Anda, kini aku menerimanya'
Fin.
Bandung, Selasa pagi. 9.11 am
#15HariNgeblogFF
my 3rd story..
sila di baca dan di komen.. :)
Membaca ceritamu, ingin rasanya aku menjadi tukang ojek payung. lumayan juga ya 20rb skali jalan. LHO!! #curcol
BalasHapusMr. A atau Mr. G? #lukalama #kaboooooooor.
p.s: as usual, you great. ;)
eh.. sumpah baru ngeh Mr. A yang lu maksud...
BalasHapushahahahhaah...
ya boleh lah kangen masa2 filrting ke dia..
:) *curcoljuga
eh.. sumpah baru ngeh Mr. A yang lu maksud...
BalasHapushahahahhaah...
ya boleh lah kangen masa2 filrting ke dia..
:) *curcoljuga