Tok..tok..tok.. permisi..
Ah, suara siapa itu? Membuyarkan ritual pagiku
saja. Bimo sedang bergelut dengan dirinya sendiri. Seperti biasa. Dia beranjak
dari tempat ritualnya menuju pintu depan.
“Selamat pagi mas,,”
“Pagi,,” ternyata bapak ini yang sudah
mengganggu pagiku.
“Ada surat untuk mas,” sambil menyerahkan surat
beramplop putih. “Silahkan tanda tangan dulu..”
Wait, something wrong I think. What???
a letter? Again?. Bimo melakukan transaksi per-pos-an
dengan pak pos walau hatinya bergejolak dengan logikanya.
“Makasih pak.“
“Sama-sama mas, semoga sukses hari ini.”
Pak pos pun berlalu mengantarkan beribu-ribu
rasa atas nama cinta, harapan, rindu, sedih, bahkan musibah yang dibawa oleh
benda bernama surat.
Bimo masih tidak percaya dengan benda yang ada
ditangannya. Jujur saja bahwa orang seperti Bimo merupakan spesies cetakan millennium
yang tak bisa jauh dari gadget.
Selamat pagi,, semoga hari ini kamu menemukan
Mataharimu. -G-
Pengecut macam apa ini yang Cuma nulis inisial doang?!
Who the hell are you??
Pak pos itu berhasil mengantarkan suasana kurang
menyenangkan bagi Bimo pagi ini. Dia mengacuhkan surat itu. Tapi surat itu
tidak. Dia menatap Bimo dengan sedih.
Hari berganti hari, minggu, dan bulan
berikutnya. Si surat tidak berhenti sehari saja. Dia terus saja mencari
perhatian Bimo. Paling tidak sedikit saja. Dia tak pernah mengharapkan lebih.
***
Tok..tok..tok..
“Ngapain sih lo nyuruh gue pagi-pagi gini ke
rumah lo???”
“Hehehehe.. sorry. I want you to make a
breakfast..”
“Enak aja emang gue pembantu lo..”
“Hahahahaha… gue tau lo kan gak bisa masak.”
Sambil berlalu pergi ke dapur, Bimo melihat
sekeliling rumah sahabatnya itu. Sahabat yang sudah menemani hari-harinya
selama 3 tahun. Datang membawa dua cangkir kopi favorit mereka.
“Laptop gue ngadat lagi, Bim..”
“Kenapa lagi sih, Kartika Ayu..??? udah diajarin
masih aja gak bisa benerin..”
“Kena virus kali.. hehheheeh..”
“Yaelah,, ya udah sono gih take a bath..”
Bimo acting nutup hidung. Di hadapannya laptop
jadul menantinya untuk disentuh. Yang diterima Bimo malah sebuah toyor-an dari
Tika.
Sejam berikutnya laptop sudah kembali cantik dan
fresh. Tapi malah si empunya belum selesai melakukan ritualnya.
“Tik, banyak banget koleksi suratnya..” teriak
Bimo di tengah ruangan. “Tapi suratnya bukan dari cowok kan?”
“Emang kenapa? Cemburu ya? Hehehhehe..” Tika
keluar dari kamarnya dengan kostum kebesarannya. Casual dan manis.
Deg!
“Ya enggak lah, cowok mana yg suka sama lu?”
Bimo salah tingkah. Lagi.
“Sialan..!” Umpat Tika. “Gimana si surat? Pagi ini
datang lagi?”
“Belum. Sekarang gue malah nungguin dia?”
“Masa?”
“Kenapa harus kayak gini sih, Tik?”
“Gue cemburu sama gadget lo, gue cemburu ama
mereka semua. They get your emphasis even your love.”
“What??”
“I am on your side for 3 years, and you never
look in me. Kamu gak sadar apa? Sepucuk surat bukan dariku. Tapi dari
hatiku, Bim..”
“Why G?” Bimo bertanya dengan ketegasan dalam
hatinya.
“Kartika Ayu Gendhis..” jawab Tika lemah. “Gendhis
is my last name and I love it. Bukan gue ternyata yang elo suka tapi
surat itu.”
“Gue gak butuh surat itu lagi sekarang, I need
you.. Be my love letter?”
fin.
Bandung, Rabu pagi.. 10.29 am
#15HariNgeblogFF
leave comment please,, :)
baca tulisan lo tuh ada suatu perasaan yg sulit dijelaskan. #eaaaa.. hehehehe.. etapi serius deh. berasa bisa bawa pembaca y masuk k'dlm cerita y.. (^_____^) dan kya y lo bakat berat bikin cerita romantis yg manis-manis mangga gtu. #iklan! ;p LANJUTKAN!
BalasHapusmau bikin lucu teh takut garing...
BalasHapushahahhaha..
ya alhasil cerita yang sederhana tapi pas kena hati..
#judul lagu itu mah...
mari kita LANJUTKAN!
ih, so sweet :D
BalasHapus