Gilang sudah tak sabar menantikan datangnya hari
ini. Tepat tanggal 11 Januari dia bertemu dengan gadis pujaannya, Ratih dan
menyatakan cintanya. Hari dimana semua yang ada pada Gilang menjadi Ratih. Semua
demi Ratih.
Ratih bukanlah orang yang tercinta,
tetapi Ratih adalah pasangan hidupku, tulang rusukku.
Begitulah Gilang meyakinkan dirinya tentang Ratih.
Dengan segala persiapan yang hampir sempurna,
Gilang menyulap sebuah café menjadi miniatur rumah idaman. Karena kebetulan café
itu berkonsep homey. Tempat favorit Gilang dan Ratih. 10 menit kemudian
Ratih datang di café itu.
“Selamat malam mbak..” sapa pelayan café itu
serentak.
Salah satu pelayan mengantarkan Ratih ke tempat
yang telah Gilang persiapkan untuknya. Ratih melihat sosok Gilang di tengah café
yang sekelilingnya penuh dengan lilin dan bunga. Gilang tahu bagaimana cara
membuat kekasihnya itu bahagia.
“Happy Anniversary sayang..” Gilang
menyambut kekasihnya dengan mata berbinar. Tak lupa ciuman hangat di kening
Ratih semakin menambah romansa 11 Januari. Seiring pula alunan lagu Gigi – 11 Januari
membawa mereka ke suasana syahdu.
“Kamu bikin ini semua, Lang?”
“Iya dong.. ini kan tahun kelima.. jadi harus special
banget.” Jawab Gilang antusias. “Kita makan dulu aja ya,,” tangan Gilang
memberikan kode pada salah satu pelayan.
Lama mereka menikmati kebersamaan malam ini. Sampai
tiba pada hidangan penutup. Mereka sama-sama menyukai tiramisu. Dengan sangat
lahap Gilang menghabiskan tiramisu-nya, entah karena lapar atau karena sesuatu.
“Pelan-pelan, Lang..” ntar kesedak. Ratih
mengusap lembut sudut bibir Gilang yang belepotan karena tiramisu. Gilang malah
menunjukan bakat srimulatnya. Meringis dengan gigi penuh coklat, persis seperti
anak kecil. Ratih spontan ikut tersenyum meringis.
Senyum untukmu yang lucu, Gilang.
Senyum untukmu yang lucu, Ratih.
Mereka selalu memainkan emosi yang sama. Mungkin
jodoh. Mungkin karena takdir Tuhan yang mengharuskan mereka sehati. Mereka pun
belum tahu akan itu.
“Makasih ya Ratih, kamu masih setia sama aku. Kadang
aku ngerasa ini semua tuh penat. Ini semua buat kita dalam situasi yang gak menentu.
Aku ngerasa ada yang salah dalam diriku.. aku..”
“Lang, aku dan kamu baik-baik saja. Kamu.. cukup..
percaya itu saja. Semua akan indah pada waktunya..” Ratih tak sanggup menahan
air matanya.
Tiba-tiba Gilang menegang. Seperti orang yang
baru sadar dari mimpi buruknya. Dia sadar ketika Ratih menangis dihadapannya. Dia
sadar apa yang terjadi sebenarnya pada dirinya.
“Kamu..siapa..?” kata Gilang terbata-bata. “Kenapa
aku..disini..??” Gilang meronta dan segera beberapa orang yang ada di café menolongnya.
Semua sama seperti yang ada di skenario.
Ratih semakin tidak bisa menghentikkan
tangisannya. Alzheimer telah merenggut impiannya, sejak Gilang dinyatakan
positif terkena penyakit itu setahun yang lalu. Seharusnya hari ini dia sudah
resmi menjadi istrinya. Seharusnya dia hari ini dan mungkin bayi kecilnya hidup
bahagia bersamanya. Ya.. seharusnya..
Tapi takdir berkata lain. Gilang tak akan pernah
kembali seperti dulu lagi. 5 tahun yang indah semua hanya akan menjadi
kenangan. 5 tahun yang lalu akan menjadi hal terbaik yang pernah mereka berdua
miliki khususnya Gilang. Karena yang akan selalu dia ingat ketika bangun dari
tidurnya adalah Ratih.
Fin.
Bandung, Sabtu sore.. 5.33 pm
#15HariNgeblogFF
Ayo..ayo..dibaca dan dikomen.. :)
TT_TT so saaaaaaaaaaaaad!
BalasHapusaku juga mau nangis sendiri bacanya...
BalasHapushhuhuhu..
ih, baguuss,, sukaa
BalasHapus