Minggu, 15 Januari 2012

JADILAH MILIKKU, MAU?


 
JADILAH MILIKKU, MAU?

 Ini cerita tentang seorang pemuda asal Magelang-Jawa tengah. Mahasiswa semester 7 fakultas sastra Indonesia di sebuah universitas bonafit di Bandung. Lagi galau sama skripsi (boleh dibaca skipsh*t, bagi beberapa kalangan yang sensi sama yang satu ini) dan seorang perempuan manis tak menjemukan. Seperti tagline film 500 days of Summerthis is not love story but the story about love’. Cerita pun berawal disini..

“Senja Prameswari..” seorang mahasiswa sedang melakukan absensi untuk pendaftaran Komunitas Penyair Kece (KPK).

Sontak semua mahasiswa menoleh kearah suara tersebut dan terlihat mata penasaran nan resah dari semua yang ada diruang secretariat itu. Siapakah gerangan pemilik nama sehangat itu?

“Ya.. saya.” Dia pun mengangkat tangannya seraya melangkah maju ke meja pendaftaran.

Dan sudah dapat dipastikan semua tanya terjawab, perempuan manis dan ayu perawakannya lah pemilik nama itu.

Satu pemuda dibuat berhenti melakukan segala aktifitasnya karena ingin mengagumi segala hal yang ada pada Senja. Rambutnya, wajahnya, perawakannya yang santai tapi tetap ayu, semua yang nampak terlihat oleh mata telanjang lelaki.

“Raden Jalu Prasetyono.” Pemuda yang memanggil nama hangat itu berdiri dan mengulurkan tangannya.

Kagaduhan pun langsung terjadi dengan cepatnya, semua tertawa. Tapi tidak untuk kedua mata Jalu dan Senja. Bagai adegan slow motion bin lebay di film-film drama, suara tawa riuh itu ibarat lagu cinta yang mengiringi momen romantic ini.

Senja. Tak terduga uluran tangan Jalu disambut anggun oleh Senja. Tawa jadi bisu. Heran. Tidak percaya. Khawatir. Kecewa. Dan sejuta kata yang tak mampu tertulis.

(Dipercepat) 9 bulan kemudian..

“Jadilah milikku, mau?”

Senja pun berfikir keras untuk mencerna makna dibalik kalimat yang dilontarkan Jalu sore itu di atap gedung sekretariat mahasiswa.

“Kira-kira pas nggak untuk judul cerita selanjutnya?” Tanya Jalu kepada Senja. Kepada dua senja yang hari itu sama indahnya bagi Jalu.

“Ehm.. bagus sih, menarik kata-katanya. Tapi kalau kamu bisa, ceritanya dibikin universal ya? Soalnya kan acara ini untuk semua kalangan, ada anak-anak, ada orang tua juga. Biar semua bisa dapet pesan dan kesannya..”

Setiap kata yang kamu ucapkan adalah keharusan. Keharusan yang untuk aku dengar, rasakan dan nikmati. Tak terlewatkan dan tak tercela. Hati Jalu sedang merangkai syair nan indah untuk dia yang dipuja.

Sadar sedang diperhatikan. Entah untuk yang berapa kalinya. Entah sudah berapa banyak momen seperti ini terjadi pada mereka berdua.

“Berusahalah untuk tidak tertangkap olehku lagi, Jalu..”

“Kalau begitu jadilah milikku, Senja..” akhirnya perasaan Jalu keluar juga. “Maka aku tak akan lagi merasa menjadi penjahat biadab yang menikmati segala keindahan dirimu tanpa permisi.”

“Senja yang mana yang ingin kau miliki?”

“Kalau kamu jadi milikku, maka aku tak butuh lagi senja yang diberikan alam untuk kunikmati bersama Senja Prameswari seperti biasa.”

Raden Jalu Prasetyono, hari ini telah menemukan senja yang bisa ia nikmati tanpa batas waktu. Dan Senja Prameswari hari ini telah mendapatkan seseorang yang sanggup menikmati keindahannya tanpa batas waktu.  

Fin.  


Bandung, 16 januari 2012
#15HariNgeblogFF
my second FF.. 
enjoy reading and please comment..
:)

5 komentar: