Buku kedua Kisah Odol dan Sikat..
Part 1
***
“Pokoknya kalo kamu gak dateng setengah jam
lagi, acaranya udah mau mulai..” rengekku di saluran telepon.
“Iya iya.. ini juga udah di mobil..” kudengar
suara mesin mobil menyala. Beep.
Memang dibutuhkan kesabaran dan pengertian yang
besar untuk kekasih yang workaholic. Sejak aku dan dia dijodohkan, hal
lain yang harus dipikirkan adalah orang tua masing-masing. Keluarguku dan dia
sama-sama berdarah Jawa yang kental. Dimana tradisi dan kepercayaan mutlak adanya.
Semua itu berbeda jauh dengan kita yang hidup di tahun 2012.
Seperti hari ini, ada sebuah perayaan di
keluarga besarku. Dari generasi leluhur sampai yang terbaru hadir dan membuat
suasana seperti ada konser band. Ramai dan sesak. Untung saja rumah bapak besar
dan luas jadi cukup untuk menampung sekitar 50 tamu.
“Akhirnya kamu datang juga Odol..” aku langsung
menggandengnya masuk kerumah dan bertemu kelurga besar.
“Kenapa aku harus ganti baju ini..”
“Kalau kamu nggak mau di tanya macem-macem ama
sesepuh ini, mending nurut aja deh..”
Ari pun mengganti kostum kerjanya menjadi
pakaian adat jawa lengkap dengan blangkon di kepalanya. Kulihat dia tetap
tampan seperti biasa, mungkin karena memang dia punya tampang da postur seperti
model. Ah, terlalu berlebihan aku memujinya. But I think, he deserve
it.
“Kamu cantik pake kebaya..” sontak saja aku
terkejut ketika dia mengucapkan itu padaku. Jodoh, pikirku. Dan acara pun
dimulai.
… tahap demi tahap ritual ‘ngunduh mantu’ pun telah
dijalani oleh kedua mempelai. Tiga hari yang lalu kalian telah sah menjadi
suami istri, dan hari ini kalian juga telah sah menjadi bagian dari keluarga
masing-masing. Khususnya saudara Danu Prabowo, anda sudah resmi diterima di
keluarga besar Hadiningrat…
Selamat datang kakak iparku, betapa
beruntungnya dirimu mendapatkan kakakku yang baik dan setia ini. Kak Ajeng,
semoga kau bahagia ya..
“Jadi pengen cepet sah juga..” celetuk
Ari. Aku langsung menoleh kearahnya, dan kulihat dia nyengir kayak kuda. Untung
masih kelihatan ganteng.
Dengan canda kuulurkan tangan kiriku dan
menunjuk jari manis. Isyarat bahwa dia pun belum melamarku. Dia membalas
candaku dengan raut muka serius. Dia memegang tanganku dan memandangku begitu
lama, itu membuatku gusar.
Gak bisa diajak becanda nih cowok.
Kuputuskan untuk pergi dan membantu kakakku
untuk ramah tamah dengan para tamu. Kulihat dari jauh dia tetap diam dengan
sikap tangan dimasukkan ke kantong celana. Aku tahu sikap seperti itu, tanda
bahwa dia sedang memikirkan sesuatu dengan serius.
Ada apa lagi ini?
To be continued..
Bandung, Kamis siang.. 2.42 pm
#15HariNgeblogFF..
Cerita berlanjut ke blog selanjutnya,, keep
reading and leave comment.. :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar