Kamis, 19 Januari 2012

AKU BENCI KAMU HARI INI..


Malam ini tanah basah karena hujan yang aku minta dari Tuhan terkabul. Hujan selalu bisa membuatku tenang. Air yang menetes itu memberiku sensasi luar biasa. Menenangkan seperti morfin yang candu bagi mereka yang sakaw. Tapi aku tak perlu morfin. Hujan dari Tuhan sudah cukup membuatku candu.

Lama aku berdiri dalam kesunyian malam ini. Menyelesaikan semua hal yang perlu aku selesaikan. Layar laptop dihadapanku ini masih kosong. Setiap nuts nya menanti untuk aku sentuh, agar yang lain bisa membaca pikiranku. Menjadi seorang penulis harian di sebuah Koran ibukota memang dituntut untuk mengidap insomnia.

“Belum tidur, Ge??” Sahabatku yang satu ini perhatian sekali.

“Belum. Biasa deadline sialan..” jawabku benci.

“Ya udah gue tidur dulu ya..” Tiara masuk ke kamarnya. Sudah 2 tahun ini dia menjadi sahabat serumah. Dia model cantik yang biasa muncul di majalah dan fashion show.

Malam ini berlalu begitu cepat dan aku ingin kamu. Kamu yang selama ini menemaniku, memberi inspirasi besar dalam hidupku.

Kamu kemana saja hari ini? Bagaimana keadaanmu? Kuharap kau selalu baik dan bahagia setiap hari. Aku rindu kamu, Pandu.

***
Pagi ini seperti biasa aku menyerahkan tulisanku hari ini ke kepala editor. Sedang tidak ingin berbincang dengannya lama-lama. Mungkin karena wajahnya tidak seceria matahari yang hangat pagi ini. Hari ini memang aku berniat menuju ke tempat lain. Aku rindu padanya. Aku berharap akan ada perubahan yang terjadi.

“Selamat pagi,,” dengan senyum terbaikku, kusapa dia hari ini.

Dia tetap diam, seperti biasa. Mungkin marah padaku karena lama tak menemuinya.

“Jangan marah, aku datang paling awal kan. Untuk bilang.. selamat ulang tahun, Pandu.” Kucium keningnya supaya dia tak marah lagi padaku. Tapi sekali lagi dia masih diam, dan kali ini aku yang marah.

“Aku benci kamu hari ini,,” tangisku perlahan turun bersama amarahku.

“Aku benci karena kamu masih diam saja, sampai kapan kamu mau menghukumku? Belum cukupkah 3 bulan yang lalu kamu bikin aku hampir gila.,” Perlahan kuhapus bulir air mata yang turun deras di pipiku. 

“Oke, mungkin hari ini aku sudah gila. Aku gila,, mengira kamu bakal bangun lalu memelukku dan bilang ‘aku kangen kamu, Gemintang’..”

Dan semuanya akan tetap sama seperti hari ini. Aku tak akan pernah bisa membuatnya sadar lagi. Aku sadar peristiwa setahun yang lalu telah mengubah hidupku dan hidupnya. Ketika maut sedang ingin bermain dengan kita. Entahlah, apa aku masih bisa mencintainya seperti dulu lagi. Mencintaimu yang penuh ambisi dan realita.

Kutinggalkan Pandu yang masih berbaring lemah dikamarnya dengan alat bantu pernafasan yang terpasang diwajahnya. Detak itu masih ada tapi jiwa itu entah kemana hari ini. Mungkin berpesta dengan kawannya.  Orang bilang dia mati suri, dokter bilang dia koma.

“Bye,, Pandu. See you in my dream..”  

Fin. 
Bandung, Kamis malam 7.24 pm
#15HariNgeblogFF
enjoy reading... :)

3 komentar:

  1. biasa ceritanya!!
    Maksudnya seperi biasa, asik dibaca. \(^O^)/
    hahahahaha..

    BalasHapus
  2. ternyata kita satu hati din:) sukaaa...

    BalasHapus
  3. lagi bermasalh dengan penyakit nini..
    nyeri cangkeng,,
    jd idenya lawas...
    sederhana..
    heheheheheh... :)

    BalasHapus