Jumat, 16 Maret 2012

CINTA ITU MENYEMBUHKAN..


Singapore, 11 Januari 2012..

“Kamu sakit apa?” Tanya Bapak di seberang telepon.

“Biasa pak, amandelnya kumat.. uhuk..uhuk.. !!” Jawabku terbatuk-batuk.

“Makanya jaga kesehatan, jangan minum es, makan yang pedes,,” Kudengar suara Bapak bergetar. “Kalo sakit gini kan siapa yang ngurus..”

“Ada mbak Dian, Pak. Dia kan lagi skripsi.. uhuk..uhuk.. jadi sering di rumah. Bapak tenang aja ya..”

Ada hening yang panjang disela obrolan kami. Begini lah cara kami untuk menyembuhkan rasa sakit di dalam hati. Jarak yang membentang luas diantara kami berdua membuat luka baru. Rindu kasih sayang dan perhatian lah luka baru itu. Dan cinta adalah obat bagi kami. Ya, cinta itu menyembuhkan.

“Gimana kabar mbak Sukma, Pak?” Tanyaku memecah keheningan.

“Kabarnya baik, persiapan pernikahannya juga tinggal dikit lagi. Kamu kapan pulang?”

“Minggu depan, Pak.. uhuk..uhuk..!!”

Yo wes, kamu istirahat ya.. jangan lupa makan dan minum obat.” Pesan terakhir Bapak selalu membuatku terharu.

“Iya pak, Bapak juga ya, jaga kesehatan. Salam buat ibu dan mbak Sukma. Assalamuallaikum..”

“Waallaikumsalam..”

Tut..tut..tut..
***

Jogjakarta, 20 Januari 2012.. Siang hari..

Baskoroooo.. brengseeeeek.. kurang ajaaaaarrrr….. matiiii koweeee…

Kudengar jeritan mbak Sukma lagi. Mendengar jeritannya saja sudah membuat orang bergidik ngeri. Tapi jeritan dalam batinnya lah yang sebenarnya lebih keras dan menyayat hati.

“Pak, ayo digowo ae anake nang rumah sakit,, aku gak tego pak..” Ibu tak henti-hentinya menangisi anak gadisnya yang mengalami depresi luar biasa.

Wes buk,, tenang ya.. mbak Sukma pasti sembuh kok..” Aku mendekap Ibu agar tenang.

Kulihat Bapak mendekat ke ruangan tempat tinggal yang baru mbak Sukma. Ruang terbuka namun tak ada kasur, lemari, bahkan meja rias yang biasa anak perempuan punya. Hanya ada mbak Sukma dengan kakinya yang terpasung.

Baskorooooooooo… kowe lapo ninggalno aku…. Aaaaarrrrgggggghhhhhh…

Mbak Sukma bersiap melakukan tindakan menyakiti diri sendiri, kemudian Bapak mendekat dan mencegahnya. Bapak mendekap mbak Sukma dengan lembut dan membisikkan sesuatu kepadanya. Kulihat Bapak menetaskan air mata, kepedihan yang terasa dari seorang ayah.

“Maafin Bapak ya nduk,,”

Sayup-sayup kalimat itulah yang aku dengar dari Bapak. Perlahan mbak Sukma menghentikan jeritan dan omelannya. Kidung-kidung lirih terdengar seperti ‘nina bobo’ buat mbak Sukma. Dia semakin tenang dan nampak lelah hingga membuatnya tertidur di dekapan Bapak.

“Pak, maafin Sukma ya..”

Sepertinya mbak Sukma mengigau seperti biasa. Itulah bukti bahwa dia sebenarnya tidak gila, hanya mengalami guncangan jiwa yang hebat. Setidaknya itulah yang diyakini Bapak. ‘dia pasti sembuh’ begitu kata Bapak. Dan aku semakin yakin juga bahwa cinta itu menyembuhkan..
***

Saat ini..

“Selamat ya nduk,, kamu jadi lulusan terbaik.. Bapak bangga sama kamu..”

“Jangan nangis toh pak,, malu banyak orang..” Ibu menyenggol lengan Bapak. Dengan cepat Bapak mengusap air disudut matanya. Dan diganti dengan senyum haru.

“Justru aku yang bangga sama Bapak. Pria berhati besar, peternak bebek asal Jogja yang berhasil menyekolahkan anaknya sampai luar negeri. Dan mempunyai dua anak gadis yang cantik dan pintar..”

Kami bertiga pun tak kuasa menahan haru yang tercipta. Kudekap kedua orang tuaku seperti baru pertama kali bertemu. Lama dan hening.

“Sekarrrrrrr…..” Teriak seseorang di kejauhan.

“Mbak Sukma…”

Hari ini akan menjadi hari terbaik dan terindah dalam hidupku. Lengkap sudah kebahagiaan ini karena semua sakit yang pernah kami alami, kini sembuh dan cinta lah obatnya.

Fin. 

Dedicate to my father..
miss him so much.. 
:)  

2 komentar: